Sabtu, 24 November 2012


LAPORAN PRAKTIKUM INSTRUMENTASI SPEKTROSKOPI


PENENTUAN KADAR TEMBAGA (Cu) DALAM SAMPEL AIR DENGAN METODE SPEKTROFOTOMETER SERAPAN ATOM (SSA) - NYALA








O L E H

N A M A            :     DWIPRAYOGO WIBOWO
STAMBUK       :     F1C1 10 078


 

LABORATORIUM KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS HALUOLEO
KENDARI
2 0 1 2



I.                   PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Air merupakan sumber daya alam yang diperlukan untuk hidup orang banyak, bahkan oleh semua makhluk hidup. Oleh karena itu sumber daya air harus dilindungi agar tetap dapat dimanfaatkan dengan baik oleh manusia serta makhluk hidup yang lain. Pemanfaatkan air untuk berbagai kepentingan harus dilakukan secara bijaksana, dengan memperhitungkan kepentingan generasi sekarang maupun generasi sekarang maupun generasi mendatang. Aspek penghematan dan pelestarian sumber air harus ditanamkan pada segenap pengguna air. Air memiliki kandungan logam tertentu yang diakibatkan oleh berbagai faktor. Dalam hal ini kadungan logaam di dalam air juga menjadi suatu penentua kelayakan air untuk di konsumsi. Analisa kadar tembaga yang dibahas dalam laporan ini merupakan logam yang alami pada sampel air yang telah diambil di kota Kendari.
2. Rumusan Masalah
Masalah yang dihadapi yaitu bagaimana mengidentifikasi secara kualitatif dan kuantitatif kadar logam tembaga (Cu) pada sampel yang diambil diberbagai daerah di kota Kendari dengan menggunakan Spektrofotometer Serapan Atom (SSA) dan mengetahui prinsip kerja dari alat Spektrofotometer Serapan Atom (SSA).
 3. Tujuan
Tujuan dari percobaan ini yaitu untuk mengidentifikasi secara kualitatif dan kuantitatif kadar logam tembaga (Cu) pada sampel yang diambil diberbagai daerah di kota Kendari dengan menggunakan Spektrofotometer Serapan Atom (SSA) mengetahui prinsip kerja dari alat Spektrofotometer Serapan Atom (SSA).
4. Manfaat
Manfaat setelah mengikuti praktikum ini mengetahui secara kualitatif dan kuantitatif kadar logam tembaga (Cu) pada sampel yang diambil diberbagai daerah di kota Kendari dengan menggunakan Spektrofotometer Serapan Atom (SSA) dan mengetahui prinsip kerja dari alat Spektrofotometer Serapan Atom (SSA).


II.             TINJAUAN PUSTAKA
Keberadaan logam-logam berat di lingkungan seperti tembaga, kadmium dan timbal merupakan masalah lingkungan yang perlu mendapat perhatian serius. Adanya ion-ion logam berat dalam limbah industri telah lama menjadi objek dalam bidang kimia analitik dan kimia lingkungan. Limbah yang mengandung logam berat perlu mendapat perhatian khusus, mengingat dalam konsentrasi tertentu dapat memberikan efek toksik yang berbahaya bagi kehidupan manusia dan lingkungan di sekitarnya (Lelifatri, 2010).
Tembaga adalah logam merah muda, yang lunak, dapat ditempa, dan liat. Ia melebur pada 1083oC. Karena potensial elektroda standarnya adalah positif, (+ 0.43 V untuk pasangan Cu/Cu2+), ia tak larut dalam asam klorida dan asam sulfat encer, meskipun dengan adanya oksigen ia bisa larut sedikit. Asam nitrat yang sedang pekatnya (8M) dengan mudah melarutkan tembaga (Vogel, 1985).
Kontaminasi logam dapat disebabkan dari air yang digunakan, alat yang digunakan untuk produksi da bahan tambahan yang digunakan dalam memproduksi sayur kacang-kacangan dalam kaleng. Logam berat biasanya menimbulkan efek-efek khusus pada makhluk hidup, dapat dikatakan bahwa semua logam berat dapat menjadi racun yang akan meracuni tubuh. Sebagai contoh logam tembaga (Cu) dan timbal (Pb). Keracunan dapat terjadi dengan mengkonsumsi air yang banyak mengandung tembaga dan juga menghirup debu atau uap tembaga (Mardiono, 2009).
Ditinjau dari hubungan antara konsentrasi dan absorbansi, maka hukum lambertbeer dapat digunakana jika sumbernya adalah monokromatis. Pada AAS, panjang gelombang garis absorbsi resonansi identik dengan garis-garis emisi disebabkan keserasian transisinya. Untuk bekerja pada panjang gelombang ini diperlukan suatu monokromator celah yang menghasilkan lebar puncak sekitar 0.002 – 0.005 nm. Jelas pada teknik AAS, diperlukan sumber radiasi yang mengemisikan sinar pada panjang gelombang yang tepat sama pada proses absorbsi nya. Dengan cara ini efek pelebaran puncak dapat dihindarkan. Suber radiasi terssebut dikenal sebagai lamu Hollowen cathode (Khopkar, 1990).
Spektrofotometer serapan atom (SSA) ditujukan untuk analisis kuantitatif terhadap unsur-unsur logam. Alat ini memiliki sensitivitas yang cukup tinggi, sehingga sering dijadika sebagai pilihan utama dalam menganalisis unsur logam yang konsentrasinya sangat kecil (ppm bahkan ppb). Prinsip dasar pengukuran SSA adalah penyerapan energi (sumber cahaya) oleh atom-atom dalam keadaan dasar menjadi atom-atom dam keadaan tereksitasi. Pada pembentukan atom-atom dalam keadaan dasar atau proses atomisasi pada umumnya dilakukan dalam nyala (Rohman, 2007).


  III.                METODOLOGI PRAKTIKUM
1. Waktu dan Tempat
Waktu pelaksanaan praktikum pada hari rabu, 14 November 2012, bertempat di Laboratorium Kimia Analitik Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Haluoleo Kendari
2. Alat dan Bahan
1.      Alat
Alat yang digunakan yaitu Spektrofotometer SSA, kompresor.

2.      Bahan
Bahan yang digunakan Larutan standar Cu 1 mg/L , 2 mg/L, 3 mg/L, 4 mg/L dan 5 mg/L, Larutan sampel 1, 2, 3, 4 dan 5, gas asetilen.
3. Prosedur Kerja
1.      Standarisasi larutan standar Cu



 

 
2.      Uji sampel



IV.             HASIL DAN PEMBAHASAN
1. Hasil Pengamatan
Data Larutan Standar
Konsentrasi Awal
Konsentrasi identifikasi (SSA)
Absorbansi (SSA)
0
STD1
STD2
STD3
STD4
STD5
0
1.0
2.0
3.0
4.0
5.0
0
1.005
2.015
2.910
4.040
5.033
0
0.1015
0.1910
0.2623
0.3435
0.4084



No.
Sampel
Hasil (AAS) (mg/L)
[Cu]
% RSD
Baku Mutu
Ket.
1.
2.
3.
4.
5.
Sampel 1
Sampel 2
Sampel 3
Sampel 4
Sampel 5
0.020
0.003
0.138
0.057
0.110
0.001
0.00015
0.0069
0.00285
0.0055
0.003
0.004
0.015
0.014
0.019
0.02
0.02
0.02
0.02
0.02
MBM
MBM
MBM
MBM
MBM


2. Pembahasan
Pada percobaan kali ini yaitu penentuan kadar tembaga (Cu) pada sampel dengan menggunakan spektrofotometer serapan stom (SSA). Dimana SSA merupakan interaksi antara radiasi elektromagnetik dengan sampel, atau proses pengatoman dari tingkat dasar ke tingkat tinggi,dimana dalam proses pengatoman setiap jenis logam memiliki penyinaran dengan panjang gelombang spesifik. Teknik ini didasarkan pada emisi dan absorbansi dari uap atom.
Pada perlakuan pertama dimana dibuat larutan pengencer, fungsi dibuatnya larutan pengencer yaitu untuk mengencerkan larutan standar sehingga sesuai dengan konsentrasi yang diinginkan dan pula diberikan HNO3 untuk menghilangkan serta melarutkan ion–ion logam yang berada pada aquades. Selanjutnya pembuatan larutan standar yang dibuat dengan cara melarutkan laruta yang mengandung kobalt 1000 mg/L kebentuk 100 mg/L dimana dilakukan pengenceran. Setelah didapatkan larutan kobalt 100 mg/L kemudian dibuat larutan dengan konsentrasi berbeda dari 1 mg/L, 2 mg/L, 3 mg/L, 4 mg/L dan 5 mg/L.
Pada uji selanjutnya, tiap-tiap konsentrasi tersebut  di uji dalam alat s spektrofotometer serapan atom (SSA). Masing-masing dibaca oleh alat spektrofotometer serapan atom (SSA) dengan sensitifitas yang tinggi sehingga dari data yang dihasilkan berturut-turut memiliki rata-rata konsentrasi 1.005 mg/L, 2.015 mg/L, 2.910 mg/L, 4.040 mg/L, 5.033 mg/L. Dengan nilai absorbansi pada SSA berturut-turut 0.1015, 0.191, 0.2623, 0.3435, 0.4084. Sehingga dari data tersebut dapat digunakan untuk menghitung nilai konsentrasi dari tiap-tiap larutan sampel dengan adanya persamaan garis y = 0.0807x + 0.0161.
Dari hasil pembacaan oleh alat spektrofotometer serapan atom (SSA) bahwa semua sampel menandung unsur tembaga, namun memiliki konsentrasi yang berbeda. Dimana sampel pertama mengandung unsur tembaga 0.02 mg/L, sampel kedua 0.003 mg/L, ketiga yaitu 0.138 mg/L, keempat 0.057 mg/L dan terakhir sampel kelima 0.11 mg/L. Ditinjau dari hasil pengenceran setelah dalam 50 mL yang digunakan dalam pengenceran, maka nilai [Cu] berturut-turut 0.001, 0.00015, 0.0069, 0.00285, 0.0055. Dari hasil tersebut dengan perbandingan pada baku mutu dari kobalt yaitu 0.02 , maka dalam kelima sampel tersebut memenuhi baku mutu air.


V.                PENUTUP
1. Kesimpulan
Kesimpulan dalam percobaan ini yaitu uji kualitatif dan kuantitatif, pada uji kualitatif dari kelima sampel mengandung unsur logam tembaga (Cu) berurut-urut yaitu 0.020 mg/L, 0.003 mg/L, 0.138 mg/L, 0.057 mg/L dan 0.110 mg/L. nilai [Cu] berturut-turut 0.001, 0.00015, 0.0069, 0.00285, 0.0055. Dari hasil tersebut dengan perbandingan pada baku mutu dari kobalt yaitu 0.02 , maka dalam kelima sampel tersebut memenuhi baku mutu air.


DAFTAR PUSTAKA
Khopkar,S.,M., 2003. “Konsep Dasar Kimia Analitik”, Cetakan Pertama, UI-Press ; Jakarta.
Lelifajri, 2010.” Adsorpsi Ion Logam Cu(II) Menggunakan Lignin dari Limbah Serbuk Kayu Gergaji”.Jurnal Rekayasa Kimia dan Lingkungan. Vol. 7, No. 3 ; 126-129
Mardiyono dan Hidayati,N., 2009.”Analisis Kandungan tembaga (Cu) dan Timbal (Pb) dalam beberapa Produk Sayur Kacang-Kacangan Kaleng Secara Spektrofotometri Serapan Atom”.Jurnal Biomedika. Vol. 2, No. 1 ; 64-71
Rohman,A., 2007. “Kimia Farmasi Analisis”, Cetakan Kedua, Penerbit Pustaka Pelajar, yogyakarta.
Vogel, 1985. “Kimia Analisis Anorganik Kualitatif”, Cetakan Pertama, PT. Kalman Media Pustaka ; Jakarta.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar