LAPORAN PRAKTIKUM INSTRUMENTASI SPEKTROSKOPI
PENENTUAN KADAR TEMBAGA (Cu) DALAM SAMPEL
AIR DENGAN METODE SPEKTROFOTOMETER SERAPAN ATOM (SSA) - NYALA
O L E H
N A M A : DWIPRAYOGO WIBOWO
STAMBUK : F1C1 10 078
LABORATORIUM
KIMIA
FAKULTAS
MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS
HALUOLEO
KENDARI
2 0 1 2
I.
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Air merupakan
sumber daya alam yang diperlukan untuk hidup orang banyak, bahkan oleh semua
makhluk hidup. Oleh karena itu sumber daya air harus dilindungi agar tetap
dapat dimanfaatkan dengan baik oleh manusia serta makhluk hidup yang lain.
Pemanfaatkan air untuk berbagai kepentingan harus dilakukan secara bijaksana,
dengan memperhitungkan kepentingan generasi sekarang maupun generasi sekarang
maupun generasi mendatang. Aspek penghematan dan pelestarian sumber air harus
ditanamkan pada segenap pengguna air. Air memiliki kandungan logam tertentu
yang diakibatkan oleh berbagai faktor. Dalam hal ini kadungan logaam di dalam
air juga menjadi suatu penentua kelayakan air untuk di konsumsi. Analisa kadar
tembaga yang dibahas dalam laporan ini merupakan logam yang alami pada sampel
air yang telah diambil di kota Kendari.
2. Rumusan Masalah
Masalah yang
dihadapi yaitu bagaimana mengidentifikasi secara kualitatif dan kuantitatif
kadar logam tembaga (Cu) pada sampel yang diambil diberbagai daerah di kota
Kendari dengan menggunakan Spektrofotometer Serapan Atom (SSA) dan mengetahui
prinsip kerja dari alat Spektrofotometer Serapan Atom (SSA).
3. Tujuan
Tujuan dari
percobaan ini yaitu untuk mengidentifikasi secara kualitatif dan kuantitatif
kadar logam tembaga (Cu) pada sampel yang diambil diberbagai daerah di kota
Kendari dengan menggunakan Spektrofotometer Serapan Atom (SSA) mengetahui
prinsip kerja dari alat Spektrofotometer Serapan Atom (SSA).
4. Manfaat
Manfaat setelah
mengikuti praktikum ini mengetahui secara kualitatif dan kuantitatif kadar
logam tembaga (Cu) pada sampel yang diambil diberbagai daerah di kota Kendari
dengan menggunakan Spektrofotometer Serapan Atom (SSA) dan mengetahui prinsip
kerja dari alat Spektrofotometer Serapan Atom (SSA).
II.
TINJAUAN
PUSTAKA
Keberadaan logam-logam berat
di lingkungan seperti tembaga, kadmium dan timbal merupakan masalah lingkungan
yang perlu mendapat perhatian serius. Adanya ion-ion logam berat dalam limbah
industri telah lama menjadi objek dalam bidang kimia analitik dan kimia
lingkungan. Limbah yang mengandung logam berat perlu mendapat perhatian khusus,
mengingat dalam konsentrasi tertentu dapat memberikan efek toksik yang
berbahaya bagi kehidupan manusia dan lingkungan di sekitarnya (Lelifatri,
2010).
Tembaga adalah logam merah muda, yang lunak, dapat
ditempa, dan liat. Ia melebur pada 1083oC. Karena potensial
elektroda standarnya adalah positif, (+ 0.43 V untuk pasangan Cu/Cu2+), ia tak
larut dalam asam klorida dan asam sulfat encer, meskipun dengan adanya oksigen
ia bisa larut sedikit. Asam nitrat yang sedang pekatnya (8M) dengan mudah
melarutkan tembaga (Vogel, 1985).
Kontaminasi logam dapat disebabkan dari air yang
digunakan, alat yang digunakan untuk produksi da bahan tambahan yang digunakan
dalam memproduksi sayur kacang-kacangan dalam kaleng. Logam berat biasanya
menimbulkan efek-efek khusus pada makhluk hidup, dapat dikatakan bahwa semua
logam berat dapat menjadi racun yang akan meracuni tubuh. Sebagai contoh logam
tembaga (Cu) dan timbal (Pb). Keracunan dapat terjadi dengan mengkonsumsi air
yang banyak mengandung tembaga dan juga menghirup debu atau uap tembaga
(Mardiono, 2009).
Ditinjau dari hubungan antara konsentrasi dan
absorbansi, maka hukum lambertbeer dapat digunakana jika sumbernya adalah
monokromatis. Pada AAS, panjang gelombang garis absorbsi resonansi identik
dengan garis-garis emisi disebabkan keserasian transisinya. Untuk bekerja pada
panjang gelombang ini diperlukan suatu monokromator celah yang menghasilkan
lebar puncak sekitar 0.002 – 0.005 nm. Jelas pada teknik AAS, diperlukan sumber
radiasi yang mengemisikan sinar pada panjang gelombang yang tepat sama pada
proses absorbsi nya. Dengan cara ini efek pelebaran puncak dapat dihindarkan.
Suber radiasi terssebut dikenal sebagai lamu Hollowen cathode (Khopkar, 1990).
Spektrofotometer
serapan atom (SSA) ditujukan untuk analisis kuantitatif terhadap unsur-unsur
logam. Alat ini memiliki sensitivitas yang cukup tinggi, sehingga sering
dijadika sebagai pilihan utama dalam menganalisis unsur logam yang
konsentrasinya sangat kecil (ppm bahkan ppb). Prinsip dasar pengukuran SSA
adalah penyerapan energi (sumber cahaya) oleh atom-atom dalam keadaan dasar
menjadi atom-atom dam keadaan tereksitasi. Pada pembentukan atom-atom dalam
keadaan dasar atau proses atomisasi pada umumnya dilakukan dalam nyala (Rohman,
2007).
III.
METODOLOGI
PRAKTIKUM
1. Waktu dan Tempat
Waktu
pelaksanaan praktikum pada hari rabu, 14 November 2012, bertempat di
Laboratorium Kimia Analitik Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam,
Universitas Haluoleo Kendari
2. Alat dan Bahan
1.
Alat
Alat yang digunakan yaitu
Spektrofotometer SSA, kompresor.
2.
Bahan
Bahan yang digunakan Larutan standar
Cu 1 mg/L , 2 mg/L, 3 mg/L, 4 mg/L dan 5 mg/L, Larutan sampel 1, 2, 3, 4 dan 5,
gas asetilen.
3. Prosedur Kerja
1. Standarisasi
larutan standar Cu
2. Uji
sampel
IV.
HASIL
DAN PEMBAHASAN
1. Hasil Pengamatan
Data
Larutan Standar
|
Konsentrasi
Awal
|
Konsentrasi
identifikasi (SSA)
|
Absorbansi
(SSA)
|
0
STD1
STD2
STD3
STD4
STD5
|
0
1.0
2.0
3.0
4.0
5.0
|
0
1.005
2.015
2.910
4.040
5.033
|
0
0.1015
0.1910
0.2623
0.3435
0.4084
|
No.
|
Sampel
|
Hasil
(AAS) (mg/L)
|
[Cu]
|
%
RSD
|
Baku
Mutu
|
Ket.
|
1.
2.
3.
4.
5.
|
Sampel
1
Sampel
2
Sampel
3
Sampel
4
Sampel
5
|
0.020
0.003
0.138
0.057
0.110
|
0.001
0.00015
0.0069
0.00285
0.0055
|
0.003
0.004
0.015
0.014
0.019
|
0.02
0.02
0.02
0.02
0.02
|
MBM
MBM
MBM
MBM
MBM
|
2. Pembahasan
Pada percobaan kali ini yaitu penentuan kadar tembaga
(Cu) pada sampel dengan menggunakan spektrofotometer serapan stom (SSA). Dimana
SSA merupakan interaksi
antara radiasi elektromagnetik dengan sampel, atau proses pengatoman dari
tingkat dasar ke tingkat tinggi,dimana dalam proses pengatoman setiap jenis
logam memiliki penyinaran dengan panjang gelombang spesifik. Teknik ini
didasarkan pada emisi dan absorbansi dari uap atom.
Pada
perlakuan pertama dimana dibuat larutan pengencer, fungsi dibuatnya larutan
pengencer yaitu untuk mengencerkan larutan standar sehingga sesuai dengan
konsentrasi yang diinginkan dan pula diberikan HNO3 untuk
menghilangkan serta melarutkan ion–ion logam yang berada pada aquades.
Selanjutnya pembuatan larutan standar yang dibuat dengan cara melarutkan laruta
yang mengandung kobalt 1000 mg/L kebentuk 100 mg/L dimana dilakukan
pengenceran. Setelah didapatkan larutan kobalt 100 mg/L kemudian dibuat larutan
dengan konsentrasi berbeda dari 1 mg/L, 2 mg/L, 3 mg/L, 4 mg/L dan 5 mg/L.
Pada
uji selanjutnya, tiap-tiap konsentrasi tersebut
di uji dalam alat s spektrofotometer serapan atom (SSA). Masing-masing
dibaca oleh alat spektrofotometer serapan atom (SSA) dengan sensitifitas yang
tinggi sehingga dari data yang dihasilkan berturut-turut memiliki rata-rata
konsentrasi 1.005 mg/L, 2.015 mg/L, 2.910 mg/L, 4.040 mg/L, 5.033 mg/L. Dengan
nilai absorbansi pada SSA berturut-turut 0.1015, 0.191, 0.2623, 0.3435, 0.4084.
Sehingga dari data tersebut dapat digunakan untuk menghitung nilai konsentrasi
dari tiap-tiap larutan sampel dengan adanya persamaan garis y = 0.0807x +
0.0161.
Dari hasil pembacaan oleh alat
spektrofotometer serapan atom (SSA) bahwa semua sampel menandung unsur tembaga,
namun memiliki konsentrasi yang berbeda. Dimana sampel pertama mengandung unsur
tembaga 0.02 mg/L, sampel kedua 0.003 mg/L, ketiga yaitu 0.138 mg/L, keempat
0.057 mg/L dan terakhir sampel kelima 0.11 mg/L. Ditinjau dari hasil
pengenceran setelah dalam 50 mL yang digunakan dalam pengenceran, maka nilai
[Cu] berturut-turut 0.001, 0.00015, 0.0069, 0.00285, 0.0055. Dari hasil tersebut dengan
perbandingan pada baku mutu dari kobalt yaitu 0.02 , maka dalam kelima sampel
tersebut memenuhi baku mutu air.
V.
PENUTUP
1. Kesimpulan
Kesimpulan dalam
percobaan ini yaitu uji kualitatif dan kuantitatif, pada uji kualitatif dari
kelima sampel mengandung unsur logam tembaga (Cu) berurut-urut yaitu 0.020
mg/L, 0.003 mg/L, 0.138 mg/L, 0.057 mg/L dan 0.110 mg/L. nilai [Cu] berturut-turut 0.001,
0.00015, 0.0069, 0.00285, 0.0055. Dari
hasil tersebut dengan perbandingan pada baku mutu dari kobalt yaitu 0.02 , maka
dalam kelima sampel tersebut memenuhi baku mutu air.
DAFTAR PUSTAKA
Khopkar,S.,M.,
2003. “Konsep Dasar Kimia Analitik”, Cetakan Pertama, UI-Press ; Jakarta.
Lelifajri,
2010.” Adsorpsi Ion Logam Cu(II) Menggunakan Lignin dari Limbah Serbuk Kayu
Gergaji”.Jurnal Rekayasa Kimia dan Lingkungan.
Vol. 7, No. 3 ; 126-129
Mardiyono
dan Hidayati,N., 2009.”Analisis Kandungan tembaga (Cu) dan Timbal (Pb) dalam
beberapa Produk Sayur Kacang-Kacangan Kaleng Secara Spektrofotometri Serapan
Atom”.Jurnal Biomedika. Vol. 2, No. 1 ; 64-71
Rohman,A.,
2007. “Kimia Farmasi Analisis”, Cetakan Kedua, Penerbit Pustaka Pelajar,
yogyakarta.
Vogel,
1985. “Kimia Analisis Anorganik Kualitatif”, Cetakan Pertama, PT. Kalman Media
Pustaka ; Jakarta.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar