Sabtu, 24 November 2012


LAPORAN PRAKTIKUM INSTRUMENTASI SPEKTROSKOPI


PENENTUAN KADAR TEMBAGA (Cu) DALAM SAMPEL AIR DENGAN METODE SPEKTROFOTOMETER SERAPAN ATOM (SSA) - NYALA








O L E H

N A M A            :     DWIPRAYOGO WIBOWO
STAMBUK       :     F1C1 10 078


 

LABORATORIUM KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS HALUOLEO
KENDARI
2 0 1 2



I.                   PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Air merupakan sumber daya alam yang diperlukan untuk hidup orang banyak, bahkan oleh semua makhluk hidup. Oleh karena itu sumber daya air harus dilindungi agar tetap dapat dimanfaatkan dengan baik oleh manusia serta makhluk hidup yang lain. Pemanfaatkan air untuk berbagai kepentingan harus dilakukan secara bijaksana, dengan memperhitungkan kepentingan generasi sekarang maupun generasi sekarang maupun generasi mendatang. Aspek penghematan dan pelestarian sumber air harus ditanamkan pada segenap pengguna air. Air memiliki kandungan logam tertentu yang diakibatkan oleh berbagai faktor. Dalam hal ini kadungan logaam di dalam air juga menjadi suatu penentua kelayakan air untuk di konsumsi. Analisa kadar tembaga yang dibahas dalam laporan ini merupakan logam yang alami pada sampel air yang telah diambil di kota Kendari.
2. Rumusan Masalah
Masalah yang dihadapi yaitu bagaimana mengidentifikasi secara kualitatif dan kuantitatif kadar logam tembaga (Cu) pada sampel yang diambil diberbagai daerah di kota Kendari dengan menggunakan Spektrofotometer Serapan Atom (SSA) dan mengetahui prinsip kerja dari alat Spektrofotometer Serapan Atom (SSA).
 3. Tujuan
Tujuan dari percobaan ini yaitu untuk mengidentifikasi secara kualitatif dan kuantitatif kadar logam tembaga (Cu) pada sampel yang diambil diberbagai daerah di kota Kendari dengan menggunakan Spektrofotometer Serapan Atom (SSA) mengetahui prinsip kerja dari alat Spektrofotometer Serapan Atom (SSA).
4. Manfaat
Manfaat setelah mengikuti praktikum ini mengetahui secara kualitatif dan kuantitatif kadar logam tembaga (Cu) pada sampel yang diambil diberbagai daerah di kota Kendari dengan menggunakan Spektrofotometer Serapan Atom (SSA) dan mengetahui prinsip kerja dari alat Spektrofotometer Serapan Atom (SSA).


II.             TINJAUAN PUSTAKA
Keberadaan logam-logam berat di lingkungan seperti tembaga, kadmium dan timbal merupakan masalah lingkungan yang perlu mendapat perhatian serius. Adanya ion-ion logam berat dalam limbah industri telah lama menjadi objek dalam bidang kimia analitik dan kimia lingkungan. Limbah yang mengandung logam berat perlu mendapat perhatian khusus, mengingat dalam konsentrasi tertentu dapat memberikan efek toksik yang berbahaya bagi kehidupan manusia dan lingkungan di sekitarnya (Lelifatri, 2010).
Tembaga adalah logam merah muda, yang lunak, dapat ditempa, dan liat. Ia melebur pada 1083oC. Karena potensial elektroda standarnya adalah positif, (+ 0.43 V untuk pasangan Cu/Cu2+), ia tak larut dalam asam klorida dan asam sulfat encer, meskipun dengan adanya oksigen ia bisa larut sedikit. Asam nitrat yang sedang pekatnya (8M) dengan mudah melarutkan tembaga (Vogel, 1985).
Kontaminasi logam dapat disebabkan dari air yang digunakan, alat yang digunakan untuk produksi da bahan tambahan yang digunakan dalam memproduksi sayur kacang-kacangan dalam kaleng. Logam berat biasanya menimbulkan efek-efek khusus pada makhluk hidup, dapat dikatakan bahwa semua logam berat dapat menjadi racun yang akan meracuni tubuh. Sebagai contoh logam tembaga (Cu) dan timbal (Pb). Keracunan dapat terjadi dengan mengkonsumsi air yang banyak mengandung tembaga dan juga menghirup debu atau uap tembaga (Mardiono, 2009).
Ditinjau dari hubungan antara konsentrasi dan absorbansi, maka hukum lambertbeer dapat digunakana jika sumbernya adalah monokromatis. Pada AAS, panjang gelombang garis absorbsi resonansi identik dengan garis-garis emisi disebabkan keserasian transisinya. Untuk bekerja pada panjang gelombang ini diperlukan suatu monokromator celah yang menghasilkan lebar puncak sekitar 0.002 – 0.005 nm. Jelas pada teknik AAS, diperlukan sumber radiasi yang mengemisikan sinar pada panjang gelombang yang tepat sama pada proses absorbsi nya. Dengan cara ini efek pelebaran puncak dapat dihindarkan. Suber radiasi terssebut dikenal sebagai lamu Hollowen cathode (Khopkar, 1990).
Spektrofotometer serapan atom (SSA) ditujukan untuk analisis kuantitatif terhadap unsur-unsur logam. Alat ini memiliki sensitivitas yang cukup tinggi, sehingga sering dijadika sebagai pilihan utama dalam menganalisis unsur logam yang konsentrasinya sangat kecil (ppm bahkan ppb). Prinsip dasar pengukuran SSA adalah penyerapan energi (sumber cahaya) oleh atom-atom dalam keadaan dasar menjadi atom-atom dam keadaan tereksitasi. Pada pembentukan atom-atom dalam keadaan dasar atau proses atomisasi pada umumnya dilakukan dalam nyala (Rohman, 2007).


  III.                METODOLOGI PRAKTIKUM
1. Waktu dan Tempat
Waktu pelaksanaan praktikum pada hari rabu, 14 November 2012, bertempat di Laboratorium Kimia Analitik Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Haluoleo Kendari
2. Alat dan Bahan
1.      Alat
Alat yang digunakan yaitu Spektrofotometer SSA, kompresor.

2.      Bahan
Bahan yang digunakan Larutan standar Cu 1 mg/L , 2 mg/L, 3 mg/L, 4 mg/L dan 5 mg/L, Larutan sampel 1, 2, 3, 4 dan 5, gas asetilen.
3. Prosedur Kerja
1.      Standarisasi larutan standar Cu



 

 
2.      Uji sampel



IV.             HASIL DAN PEMBAHASAN
1. Hasil Pengamatan
Data Larutan Standar
Konsentrasi Awal
Konsentrasi identifikasi (SSA)
Absorbansi (SSA)
0
STD1
STD2
STD3
STD4
STD5
0
1.0
2.0
3.0
4.0
5.0
0
1.005
2.015
2.910
4.040
5.033
0
0.1015
0.1910
0.2623
0.3435
0.4084



No.
Sampel
Hasil (AAS) (mg/L)
[Cu]
% RSD
Baku Mutu
Ket.
1.
2.
3.
4.
5.
Sampel 1
Sampel 2
Sampel 3
Sampel 4
Sampel 5
0.020
0.003
0.138
0.057
0.110
0.001
0.00015
0.0069
0.00285
0.0055
0.003
0.004
0.015
0.014
0.019
0.02
0.02
0.02
0.02
0.02
MBM
MBM
MBM
MBM
MBM


2. Pembahasan
Pada percobaan kali ini yaitu penentuan kadar tembaga (Cu) pada sampel dengan menggunakan spektrofotometer serapan stom (SSA). Dimana SSA merupakan interaksi antara radiasi elektromagnetik dengan sampel, atau proses pengatoman dari tingkat dasar ke tingkat tinggi,dimana dalam proses pengatoman setiap jenis logam memiliki penyinaran dengan panjang gelombang spesifik. Teknik ini didasarkan pada emisi dan absorbansi dari uap atom.
Pada perlakuan pertama dimana dibuat larutan pengencer, fungsi dibuatnya larutan pengencer yaitu untuk mengencerkan larutan standar sehingga sesuai dengan konsentrasi yang diinginkan dan pula diberikan HNO3 untuk menghilangkan serta melarutkan ion–ion logam yang berada pada aquades. Selanjutnya pembuatan larutan standar yang dibuat dengan cara melarutkan laruta yang mengandung kobalt 1000 mg/L kebentuk 100 mg/L dimana dilakukan pengenceran. Setelah didapatkan larutan kobalt 100 mg/L kemudian dibuat larutan dengan konsentrasi berbeda dari 1 mg/L, 2 mg/L, 3 mg/L, 4 mg/L dan 5 mg/L.
Pada uji selanjutnya, tiap-tiap konsentrasi tersebut  di uji dalam alat s spektrofotometer serapan atom (SSA). Masing-masing dibaca oleh alat spektrofotometer serapan atom (SSA) dengan sensitifitas yang tinggi sehingga dari data yang dihasilkan berturut-turut memiliki rata-rata konsentrasi 1.005 mg/L, 2.015 mg/L, 2.910 mg/L, 4.040 mg/L, 5.033 mg/L. Dengan nilai absorbansi pada SSA berturut-turut 0.1015, 0.191, 0.2623, 0.3435, 0.4084. Sehingga dari data tersebut dapat digunakan untuk menghitung nilai konsentrasi dari tiap-tiap larutan sampel dengan adanya persamaan garis y = 0.0807x + 0.0161.
Dari hasil pembacaan oleh alat spektrofotometer serapan atom (SSA) bahwa semua sampel menandung unsur tembaga, namun memiliki konsentrasi yang berbeda. Dimana sampel pertama mengandung unsur tembaga 0.02 mg/L, sampel kedua 0.003 mg/L, ketiga yaitu 0.138 mg/L, keempat 0.057 mg/L dan terakhir sampel kelima 0.11 mg/L. Ditinjau dari hasil pengenceran setelah dalam 50 mL yang digunakan dalam pengenceran, maka nilai [Cu] berturut-turut 0.001, 0.00015, 0.0069, 0.00285, 0.0055. Dari hasil tersebut dengan perbandingan pada baku mutu dari kobalt yaitu 0.02 , maka dalam kelima sampel tersebut memenuhi baku mutu air.


V.                PENUTUP
1. Kesimpulan
Kesimpulan dalam percobaan ini yaitu uji kualitatif dan kuantitatif, pada uji kualitatif dari kelima sampel mengandung unsur logam tembaga (Cu) berurut-urut yaitu 0.020 mg/L, 0.003 mg/L, 0.138 mg/L, 0.057 mg/L dan 0.110 mg/L. nilai [Cu] berturut-turut 0.001, 0.00015, 0.0069, 0.00285, 0.0055. Dari hasil tersebut dengan perbandingan pada baku mutu dari kobalt yaitu 0.02 , maka dalam kelima sampel tersebut memenuhi baku mutu air.


DAFTAR PUSTAKA
Khopkar,S.,M., 2003. “Konsep Dasar Kimia Analitik”, Cetakan Pertama, UI-Press ; Jakarta.
Lelifajri, 2010.” Adsorpsi Ion Logam Cu(II) Menggunakan Lignin dari Limbah Serbuk Kayu Gergaji”.Jurnal Rekayasa Kimia dan Lingkungan. Vol. 7, No. 3 ; 126-129
Mardiyono dan Hidayati,N., 2009.”Analisis Kandungan tembaga (Cu) dan Timbal (Pb) dalam beberapa Produk Sayur Kacang-Kacangan Kaleng Secara Spektrofotometri Serapan Atom”.Jurnal Biomedika. Vol. 2, No. 1 ; 64-71
Rohman,A., 2007. “Kimia Farmasi Analisis”, Cetakan Kedua, Penerbit Pustaka Pelajar, yogyakarta.
Vogel, 1985. “Kimia Analisis Anorganik Kualitatif”, Cetakan Pertama, PT. Kalman Media Pustaka ; Jakarta.


Jumat, 23 November 2012

laporan instrumen spektroskopi

LAPORAN PRAKTIKUM INSTRUMENTASI SPEKTROSKOPI  

PENENTUAN KADAR KOBALT (Co) PADA SAMPEL AIR DENGAN METODE SPEKTROFOTOMETER SERAPAN ATOM (SSA) - NYALA

 


OLEH

NAMA : DWIPRAYOGO WIBOWO
NIM : F1C110078




JURUSAN KIMIA
 FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS HALUOLEO
KENDARI
2012



I. PENDAHULUAN  

1. Latar Belakang
         Perkembangan teknologi industri dewasa ini semakin pesat, yang semuanya bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan hidup manusia. Walaupun demikian kemajuan yang dicapai tidak pernah terlepas dari risiko negatif yang berpengaruh terhadap perubahan lingkungan melalui pencemaran yang pada akhirnya akan berdampak pada manusia. Perkembangan industri sangat didukung oleh kemajuan teknologi. Teknologi akan mempermudah pekerjaan manusia sebagai pelaksana kegiatan industri, dan menjadi daya dukung yang dominan bagi dunia industri. Namun perkembangan dunia industri tersebut kadang kurang didukung dengan kesadaran akan efek dari kegiatan industri tersebut, seperti limbah dari kegiatan industri. Industri batik merupakan industri yang sangat potensial untuk dikembangkan. Berawal dari metode sederhana, yaitu menggambar dengan canting dan mencelupkan dalam pewarna, batik cap dengan cara dicap pada cetakan sampai produksi masal dengan mesin modern. Dalam pembuatan batik, dari proses awal hingga proses penyempurnaan diindikasikan menggunakan bahan kimia yang mengandung unsur logam berat, sehingga bahan buangannya juga masih mengandung unsur logam berat tersebut. Apabila bahan buangan tersebut tidak diolah dengan baik, maka bahan buangan tersebut dapat mencemari lingkungan. Oleh sebab itu dalam praktikum ini untuk melihat kadar dari suatu logam Cobalt pada sampel yang telah diambil dari berbagai daerah di sekitar kota kendari.  

2. Rumusan Masalah 
Masalah yang dihadapi yaitu bagaimana mengidentifikasi secara kualitatif dan kuantitatif kadar logam colbalt pada sampel yang diambil diberbagai daerah di kota Kendari dengan menggunakan Spektrofotometer Serapan Atom (SSA).

3. Tujuan 
Tujuan dari percobaan ini yaitu untuk mengidentifikasi secara kualitatif dan kuantitatif kadar logam colbalt pada sampel yang diambil diberbagai daerah di kota Kendari dengan menggunakan Spektrofotometer Serapan Atom (SSA).  

4. Manfaat 
Manfaat setelah mengikuti percobaan ini mengetahui secara kualitatif dan kuantitatif kadar logam colbalt pada sampel yang diambil diberbagai daerah di kota Kendari dengan menggunakan Spektrofotometer Serapan Atom (SSA).  

II. TINJAUAN PUSTAKA 

Secara umum diketahui bahwa logam berat merupakan unsur yang berbahaya di permukaan bumi, sehingga kontaminasi logam berat di lingkungan merupakan masalah besar dunia saat ini. Persoalan spesifik di lingkungan terutama akumulasinya sampai pada rantai makanan dan keberadaannya di alam, serta meningkatnya sejumlah logam berat yang menyebabkan keracunan terhadap tanah, udara, dan air meningkat. Proses industri dan urbanisasi memegang peranan penting terhadap peningkatan kontaminan tersebut (Onrizal, 2005). 
Kobalt adalah suatu unsur kimia dalam tabel periodik yang memiliki lambang Co dan nomor atom 27. Warna sedikit berkilauan, metalik, keabu-abuan. Penggolongan Metalik Ketersediaan, unsur kimia kobalt tersedia di dalam banyak formulasi yang mencakup kertas perak, potongan, bedak, tangkai, dan kawat. contoh besar dan kecil unsur kimia. Unsur kimia kobalt juga merupakan suatu unsure dengan sifat rapuh agak kerasdan mengandung metal serta kaya sifat magnetis yang serupa setrika. Unsur kimia kobalt adalah batu bintang. Deposit bijih. Cobalt-60 ( 60Co) adalah suatu isotop yang diproduksi menggunakan suatu sumber sinar ( radiasi energi tinggi). unsur kimia/kobalt mewarnai gelas/kaca serta memiliki suatu keindahan warna kebiruan. Toksisitas kobalt cukup rendah dibandingkan dengan logam lain dalam tanah. Pada hewan diberikan kobalt klorida perorally atau melalui suntikan menunjukkan konsentrasi yang lebih tinggi dalam hati, dengan konsentrasi agak rendah di ginjal dan limpa. Cobalt garam terhirup menyebabkan iritasi pernafasan mungkin menyebabkan oedema paru (pneumonia kimia) pada hewan (http://education.poztmo.com) 
Kobal terdapat dalam mineral kobaltit, smaltit dan eritrit. Sering terdapat bersamaan dengan nikel, perak, timbal, tembaga dan bijih besi, yang mana umum didapatkan sebagai hasil samping produksi. Kobal juga terdapat dalam meteorit. Kobal bersifat rapuh, logam keras, menyerupai penampakan besi dan nikel. Kobal memiliki permeabilitas logam sekitar dua pertiga daripada besi. Kobal cenderung terdapat sebagai campuran dua allotrop pada kisaran suhu yang sangat lebar. Transformasi antara dua bentuk ini bersifat lembam dan ditemukan dengan variasi tinggi sebagaimana dilaporkan pada sifat fisik kobal (Novita, 2009). 
Sejak diperkenalkan oleh A. Walsh (1955) metode SSA telah mengalami perkembangan yag sangat pesat dan hingga kini boleh digunakan untuk menentukan kebanyakan unsur logam yang terdapat dalam daftar priodik. Sedalam ini metode SSA telah dapat mempercobakan lebih kurang 70 unsur didalam bumi, juga digunakan untuk analisis sampel bahan klinik, biologi, forensik, makanan, minuman, air, tumbuh-tumbuhan dan lain-lainnya (Alfian, 2008).
Limbah yang ditimbulkan oleh industri dapat berupa bahan organik maupun anorganik. Limbah organik pada umumnya berupa limbah yang dapat membusuk maka bahan buangan organik sebaiknya tidak dibuang ke air lingkungan karena dapat menaikkan populasi mikroorganisme di dalam air yang menyebabkan berkembangnya bakteri patogen yang berbahaya bagi manusia. Limbah anorganik pada umumnya berupa limbah yang tidak dapat membusuk dan sulit didegradasi oleh mikroorganisme dan apabila bahan buangan anorganik masuk ke dalam air lingkungan maka akan terjadi peningkatan jumlah ion logam dalam air. Bahan buangan anorganik biasanya berasal dari industri yang melibatkan penggunaan unsur – unsur logam berat (Hg, Pb, Co, Cu, Zn) (Giyatmi, 2008). 


III. METODOLOGI PRAKTIKUM 

1. Waktu dan Tempat 
Waktu pelaksanaan praktikum pada hari rabu, 14 November 2012, bertempat di Laboratorium Kimia Analitik Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Haluoleo Kendari.  

2. Alat dan Bahan 
1. Alat Alat yang digunakan yaitu Spektrofotometer SSA, labu takar 50 mL, botol gelap, pipet volume, gelas ukur, gelas kimia.  
2. Bahan Bahan yang digunakan Larutan standar Co 1000 mg/L , Larutan sampel 1, 2, 3, 4 dan 5, gas asetilen, aquades, HNO3

3. Prosedur Kerja 

1. Pembuatan larutan pengencer
2. Preparasi sampel
3. Larutan kerja
 
4. Pengujian larutan standar pada alat SSA
5. Pengujian Sampel pada alat SSA
 

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

 1. Hasil Pengamatan 

a. Larutan Standar
 
b. Tabel pengamatan sampel dengan baku mutu
 

2. Pembahasan

Kobalt ditemukan oleh Brandt pada tahun 1735 merupakan unsur kimia yang memiliki lambang Co dan nomor atom 27. Elemen ini biasanya hanya ditemukan dalam bentuk campuran di alam. Elemen bebasnya, di produksi dari peleburan reduktif, adalah logam berwarna abu-abu perak yang keras dan berkilau. Ketersediaan unsur logam ini mencakup kertas perak, potongan, bedak, tangkal dan kawat. Pada kobalt biasanya dapat ditemukan bersamaan dengan nikel, perak, timbal, tembaga, dan biji besi yang mana umum didapatkan sebagai hasil samping produksi. Kobalt juga terdapat pada meteorit. Pada percobaan kali ini yaitu penentuan kadar Kobalt (Co) pada sampel dengan menggunakan spektrofotometer serapan stom (SSA). Dimana SSA merupakan interaksi antara radiasi elektromagnetik dengan sampel, atau proses pengatoman dari tingkat dasar ke tingkat tinggi, dimana dalam proses pengatoman setiap jenis logam memiliki penyinaran dengan panjang gelombang spesifik. Teknik ini didasarkan pada emisi dan absorbansi dari uap atom. Pada perlakuan pertama dimana dibuat larutan pengencer, fungsi dibuatnya larutan pengencer yaitu untuk mengencerkan larutan standar sehingga sesuai dengan konsentrasi yang diinginkan dan pula diberikan HNO3 untuk menghilangkan serta melarutkan ion–ion logam yang berada pada aquades. Selanjutnya pembuatan larutan standar yang dibuat dengan cara melarutkan laruta yang mengandung kobalt 1000 mg/L kebentuk 100 mg/L dimana dilakukan pengenceran. Setelah didapatkan larutan kobalt 100 mg/L kemudian dibuat larutan dengan konsentrasi berbeda dari 1 mg/L, 2 mg/L, 3 mg/L, 4 mg/L dan 5 mg/L. Pada uji selanjutnya, tiap-tiap konsentrasi tersebut di uji dalam alat s spektrofotometer serapan atom (SSA). Masing-masing dibaca oleh alat spektrofotometer serapan atom (SSA) dengan sensitifitas yang tinggi sehingga dari data yang dihasilkan berturut-turut memiliki rata-rata konsentrasi 1,135 mg/L, 1,902 mg/L, 2,535 mg/L, 3,988 mg/L dan 5,097 mg/L. Dari data tersebut maka menghasilkan data grafik menunjukkan konsentrasi terhadap absorbansi pada sampel kobalt, dengan absorbansi nilai berturut-turut 0.0323, 0.0613, 0.0918, 0.2013, dan 0.3684. Sehingga dari data tersebut dapat digunakan untuk menghitung nilai konsentrasi dari tiap-tiap larutan sampel dengan adanya persamaan garis y = 0.0702x - 0.0456. Pada sampel pertama diidentifikasikan tidak mengandung unsur kobalt dengan data yang dihasilkan oleh alat spektrofotometer serapan atom yaitu dengan rata-rata -0.016 mg/L, dengan bertanda negatif. Sementara untuk sampel dua hingga lima mengandung unsur kobalt, dimana dari sampel kedua memiliki kadar 0.056 mg/L, sampel ketiga 1.115 mg/L, sampel keempat 0.098 mg/L dan terakhir sampel kelima memiliki kadar 1.078 mg/L. Ditinjau dari hasil pengenceran setelah dalam 50 mL yang digunakan dalam pengenceran, maka nilai [Co] berturut-turut 0.0008, 0.0028, 0.05575, 0.0049 dan 0.0539. Dari hasil tersebut dengan perbandingan pada baku mutu dari kobalt yaitu 0.2 , maka dalam kelima sampel tersebut memenuhi baku mutu air.

 V. PENUTUP 

1. Kesimpulan

Kesimpulan dalam percobaan ini yaitu uji kualitatif dan kuantitatif, pada uji kualitatif dari kelima sampel yaitu pada sampel pertama tidak mengandung unsur logam kobalt, sementara pada sampel dua hingga lima mengandung unsur logam kobalt, secara kuantitatif dari hasil pengukuran bahwa konsentrasi unsur logam yang terkandung dalam sampel yaitu berturut-turut -0.016 mg/L , 0.056 mg/L, 1.115 mg/L, 0.098 mg/L dan 1.078 mg/L, dengan [Co] berturut-turut 0.0008, 0.0028, 0.05575, 0.0049 dan 0.0539. Dari hasil dengan perbandingan pada baku mutu dari kobalt yaitu 0.2 , maka dalam kelima sampel tersebut memenuhi baku mutu air (MBM).  

DAFTAR PUSTAKA 

Alfian, Zul., Chairuddin, 2008. Analisa Logam Raksa Dengan Metode Spektrofotometri Serapan Atom yang Digabung dengan Teknik CVHGA yang Komersil dan yang Dimodifikasi. Jurnal Teknologi Proses. Vol. 7 No. 1 : 40 - 44 
Giyatmi, dkk. 2008. Penurunan Kadar Cu, Cr dan Ag dalam Limbah Cair Industri Perak di Kota Agede Setelah Diadsorpsi dengan Tanah Liat dari Daerah Godean. Jurnal Seminar Nasional IV. Yogjakarta. 
Novita, T., 2009. Duniaku Dunia Kimia (http://novitatu.blogspot.com/2010/06/kobalt.html). Diakses pada tanggal 18 November 2012. 
Onrizal, 2005. Kontaminasi Zat-Zat Berbahaya. CV. Purwaja : Yogjakarta. http://education.poztmo.com/2011/04/kobalt.htm diakses pada tanggal 18 November 2012.